Friday, June 7, 2013

Eternal Love (Indonesian)


Saya duduk di atas ranjang…Aku menangis….Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan..Aku berfikir untuk mengakhiri hidupku… Tapi aku takut akan rasa sakit… Aku telah mencoba mengakhiri hidupku… Kematian adalah pilihan yang terbaik di fikiranku.. aku teringat ketika aku sedang berada di pelatihan tentera ketika serjen ku menyuruhku untuk loncat dari gedung yang berketinggian beberapa lantai… Aku tidaklah takut meloncat… tetapi lelaki di depan ku sangat lah takut…aku sangat ingat ketika serjen ku berkata,”ini hanyalah 2 lantai, kalau meloncat dari lantai 20 kamu akan pingsan sebelum sampai ke tanah”
Mungkin itulah pilihan yang terbaik… Jikalau aku pingsan aku tidak akan merasakan rasa sakit… beberapa saat sebelum aku meloncat, aku berdoa kepada Tuhan. “Tuhan, jkikalau ini adalah jalan satu-satunya yang Engkau inginkan, maka aku akan mengikutinya.”
Tiba-tiba dewa kematian menghampiriku. Dia berkata, “Mengakhiri badan fisik mu tidak berarti kamu akan bebas…kamu, roh mu akan gentayangan di dunia ini sampai kamu menyelesaikan masa kehidupanmu yang telah diberikan.”
Aku sangatlah takut ketika aku diberitahu tentang hal itu… Tapi aku tidak menemukan arti dalam kehidupan ini… Maka aku memohon kepada dewa kematian untuk mengikutinya.
Dewa kematian menyetujuinya. “Ketika kamu mengikutiku, kamu bukan lah lagi Jimmy, namamu akan menjadi Utriel.”
Karena dia berkata seperti itu aku membiarkan tubuhku jatuh… Hal berikutnya yang aku tahu, aku melihat badanku diselimuti dengan darah… setelah mengikuti dewa kematian, aku melihat banyak kematian dan kasus bunuh diri… terkadang kasus itu sama sekali tidak dapat dimengerti.. Aku dahulunya menertawai mereka yang melakukan bunuh diri, tetapi pada akhirnya aku melakukannya sendiri.
Sampai suatu hari…Kami pergi ke sebuah tempat…Tempat itu sangatlah familiar…Aku tahu…tempat itu adalah apartemen mantan ku.. Aku bertanya-tanya kenapa dewa kematian pergi ke sana.. Kita memasuki kamar tersebut . Aku melihat mantanku, Rina, memegang sebilah pisau.. Dia berusaha mengakhiri hidupnya…Aku masih sangat mencintainya sehingga aku memohon dewa kematian untuk tidak mengambil hidupnya.. Sebagai penggantinya aku akan menjadi budaknya dan melakukan tugas-tugasnya untuk masa hidupku yang tersisa.
Waktu itu aku mendengar Rina menangis, “Maafkan aku Jim, aku telah membuatmu bunuh diri, aku juga mencintaimu, aku hanya tidak ingin menyakitimu sehingga aku meminta untuk berpisah…mungkin kita hanya tidak ditakdirkan untuk bersama…ini semua salahku…salahku..”
Aku mengingat ketika aku bersamanya… Aku yang mengejarnya..Aku yang mengajaknya menjadi pacarku…Aku di tolak berkali-kali dan akhirnya aku diterima…Aku selalu ada untuknya..Aku tetap bangun hanya untuk berbicara dengannya.. Tapi dia hanya tidak bias menghilangkan kebiasaan minum alkoholnya.. Aku membiarkan dia pergi minum, aku tidak bias menemani nya setiap kali karena aku punya banyak pekerjaan. Meskipun…meskipun terkadang aku tahu dia berakhir tidur dengan lelaki lain karena dia sedang mabuk..tetapi aku tetap bias memaafkannya… lagi dan lagi aku memaafkannya. Sampai saat itu ketika dia meminta untuk putus… Aku tidak mau putus dengannya…Aku bersedia meskipun dia memperlakukanku dengan tidak baik… Aku hanya ingin bersamanya.. Dan aku juga tahu dia juga sangat mencintaiku… dan aku mempunyai bukti ketika sebelum dia mengakhiri hidupnya dia berkata bahwa dia hanya ingin aku untuk memiliki hidup yang lebih baik tanpanya. Rina tidak pernah menyangka bahwa aku akan mengakhiri hidupku..















Rina dapat diselamatkan karena dia dibawa ke rumah sakit sebelum dia kehilangan nyawanya.. beberapa minggu kemudian dia sembuh.. Di rumah sakit tersebut dia bertemu dengan kepala sekolah dari sebuah sekolah pemerintah. Kepala sekolah itu mengajaknya untuk mengajar di sekolahnya.. dan Rina setuju..
Setiap kali aku punya waktu, Aku menghampiri rina.. Dia mengajar muridnya dengan baik, aku senang mendengar tawa anak-anak yang diajarnya.. Dia tersenyum setiap kali aku mengunjunginya seperti dia tahu bahwa aku bersamanya.
Waktu terus berlalu…7 tahun telah berlalu… Aku telah melakukan ‘tugas’ku dan mengunjungi Rina. Dia tidak ada di sekolah… jadi aku melihat di sekitar sekolah dan tahu bahwa dia di rumah sakit. Aku langsung buru-buru ke rumah sakit dan melihat dewa kematian bersamanya…
“Maaf Utriel, ini saatnya dia harus pergi.”
Aku merasa sedih tapi juga senang karena dia telah melakukan hal yang berarti dan tidak berakhir seperti diriku.dia telah menjadi seorang guru yang baik. Murid-muridnya berdoa di luar kamar rawatnya.
“Bisakah aku membuat satu permintaan?”
“Dan apakah itu?”
“Biarkan aku yang mengakhiri hidupnya.”
Akhirnya, aku memotong hubungan antara roh dan badan fisiknya.. Rohnya terbang ke langit.. Aku melihatnya tertawa dan aku yakin bahwa dia bahagia.. Dia bahagia karena aku telah menemaninya hingga akhir dan memberikannya kesempatan untuk menjalani hidup yang bahagia. Dan kata-kata terakhir yang kudengar adalah…
“Aku akan menunggu…”
Beberapa hari kemudian, Dewa kematian memanggilku dan berkata bahwa inilah saat bagiku untuk ‘pergi’. Aku sangatlah senang, aku tidak takut sama sekali, tidak ada sedikitpun ketakutan.. Karena di pikiranku aku telah menunggu saat ini.. Saat dimana aku bias pergi dengan Rina…Di sebuah tempat…












-FIN-
Author: Anfransen Wijaya 

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
If you are satisfied with the stories, please help by clicking on the Ad in this page. Thank you ^-^
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

0 comments:

Post a Comment