Saya duduk
di atas ranjang…Aku menangis….Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan..Aku
berfikir untuk mengakhiri hidupku… Tapi aku takut akan rasa sakit… Aku telah
mencoba mengakhiri hidupku… Kematian adalah pilihan yang terbaik di fikiranku..
aku teringat ketika aku sedang berada di pelatihan tentera ketika serjen ku
menyuruhku untuk loncat dari gedung yang berketinggian beberapa lantai… Aku
tidaklah takut meloncat… tetapi lelaki di depan ku sangat lah takut…aku sangat
ingat ketika serjen ku berkata,”ini hanyalah 2 lantai, kalau meloncat dari
lantai 20 kamu akan pingsan sebelum sampai ke tanah”
Mungkin
itulah pilihan yang terbaik… Jikalau aku pingsan aku tidak akan merasakan rasa
sakit… beberapa saat sebelum aku meloncat, aku berdoa kepada Tuhan. “Tuhan,
jkikalau ini adalah jalan satu-satunya yang Engkau inginkan, maka aku akan
mengikutinya.”
Tiba-tiba
dewa kematian menghampiriku. Dia berkata, “Mengakhiri badan fisik mu tidak
berarti kamu akan bebas…kamu, roh mu akan gentayangan di dunia ini sampai kamu
menyelesaikan masa kehidupanmu yang telah diberikan.”
Aku
sangatlah takut ketika aku diberitahu tentang hal itu… Tapi aku tidak menemukan
arti dalam kehidupan ini… Maka aku memohon kepada dewa kematian untuk
mengikutinya.
Dewa
kematian menyetujuinya. “Ketika kamu mengikutiku, kamu bukan lah lagi Jimmy,
namamu akan menjadi Utriel.”
Karena dia
berkata seperti itu aku membiarkan tubuhku jatuh… Hal berikutnya yang aku tahu,
aku melihat badanku diselimuti dengan darah… setelah mengikuti dewa kematian,
aku melihat banyak kematian dan kasus bunuh diri… terkadang kasus itu sama
sekali tidak dapat dimengerti.. Aku dahulunya menertawai mereka yang melakukan
bunuh diri, tetapi pada akhirnya aku melakukannya sendiri.
Sampai
suatu hari…Kami pergi ke sebuah tempat…Tempat itu sangatlah familiar…Aku
tahu…tempat itu adalah apartemen mantan ku.. Aku bertanya-tanya kenapa dewa
kematian pergi ke sana.. Kita memasuki kamar tersebut . Aku melihat mantanku,
Rina, memegang sebilah pisau.. Dia berusaha mengakhiri hidupnya…Aku masih
sangat mencintainya sehingga aku memohon dewa kematian untuk tidak mengambil
hidupnya.. Sebagai penggantinya aku akan menjadi budaknya dan melakukan
tugas-tugasnya untuk masa hidupku yang tersisa.
Waktu itu
aku mendengar Rina menangis, “Maafkan aku Jim, aku telah membuatmu bunuh diri,
aku juga mencintaimu, aku hanya tidak ingin menyakitimu sehingga aku meminta
untuk berpisah…mungkin kita hanya tidak ditakdirkan untuk bersama…ini semua
salahku…salahku..”
Aku
mengingat ketika aku bersamanya… Aku yang mengejarnya..Aku yang mengajaknya
menjadi pacarku…Aku di tolak berkali-kali dan akhirnya aku diterima…Aku selalu
ada untuknya..Aku tetap bangun hanya untuk berbicara dengannya.. Tapi dia hanya
tidak bias menghilangkan kebiasaan minum alkoholnya.. Aku membiarkan dia pergi
minum, aku tidak bias menemani nya setiap kali karena aku punya banyak
pekerjaan. Meskipun…meskipun terkadang aku tahu dia berakhir tidur dengan
lelaki lain karena dia sedang mabuk..tetapi aku tetap bias memaafkannya… lagi
dan lagi aku memaafkannya. Sampai saat itu ketika dia meminta untuk putus… Aku
tidak mau putus dengannya…Aku bersedia meskipun dia memperlakukanku dengan
tidak baik… Aku hanya ingin bersamanya.. Dan aku juga tahu dia juga sangat
mencintaiku… dan aku mempunyai bukti ketika sebelum dia mengakhiri hidupnya dia
berkata bahwa dia hanya ingin aku untuk memiliki hidup yang lebih baik
tanpanya. Rina tidak pernah menyangka bahwa aku akan mengakhiri hidupku..
Rina dapat diselamatkan karena dia dibawa ke rumah sakit sebelum dia kehilangan nyawanya.. beberapa minggu kemudian dia sembuh.. Di rumah sakit tersebut dia bertemu dengan kepala sekolah dari sebuah sekolah pemerintah. Kepala sekolah itu mengajaknya untuk mengajar di sekolahnya.. dan Rina setuju..
Setiap kali
aku punya waktu, Aku menghampiri rina.. Dia mengajar muridnya dengan baik, aku
senang mendengar tawa anak-anak yang diajarnya.. Dia tersenyum setiap kali aku
mengunjunginya seperti dia tahu bahwa aku bersamanya.
Waktu terus
berlalu…7 tahun telah berlalu… Aku telah melakukan ‘tugas’ku dan mengunjungi
Rina. Dia tidak ada di sekolah… jadi aku melihat di sekitar sekolah dan tahu
bahwa dia di rumah sakit. Aku langsung buru-buru ke rumah sakit dan melihat
dewa kematian bersamanya…
“Maaf
Utriel, ini saatnya dia harus pergi.”
Aku merasa
sedih tapi juga senang karena dia telah melakukan hal yang berarti dan tidak
berakhir seperti diriku.dia telah menjadi seorang guru yang baik.
Murid-muridnya berdoa di luar kamar rawatnya.
“Bisakah
aku membuat satu permintaan?”
“Dan apakah
itu?”
“Biarkan
aku yang mengakhiri hidupnya.”
Akhirnya,
aku memotong hubungan antara roh dan badan fisiknya.. Rohnya terbang ke
langit.. Aku melihatnya tertawa dan aku yakin bahwa dia bahagia.. Dia bahagia
karena aku telah menemaninya hingga akhir dan memberikannya kesempatan untuk
menjalani hidup yang bahagia. Dan kata-kata terakhir yang kudengar adalah…
“Aku akan
menunggu…”
Beberapa
hari kemudian, Dewa kematian memanggilku dan berkata bahwa inilah saat bagiku
untuk ‘pergi’. Aku sangatlah senang, aku tidak takut sama sekali, tidak ada
sedikitpun ketakutan.. Karena di pikiranku aku telah menunggu saat ini.. Saat
dimana aku bias pergi dengan Rina…Di sebuah tempat…
-FIN-
Author: Anfransen Wijaya
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
If you are satisfied with the stories, please help by clicking on the Ad in this page. Thank you ^-^
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
0 comments:
Post a Comment